Percobaan Teori Kognitivisme
Definisi “Cognitive” berasal dari kata “Cognition” yang mempunyai persamaan dengan “knowing” yang berarti mengetahui. Hakekat belajar menurut teori ini dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaitan dengan penataan Infomasi, reorganisasi, perseptual, dan proses internal. Menurut teori kognitif belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diikut. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang.
Menurut
para ahli:
Dalam
arti yang luas kognition/kognisi ialah perolahan penataan, penggunaan
pengetahuan (Muhibbin, 2005: 65).
Pada
dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental
yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif
dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan,
pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan
berbekas (Given, 2014: 188).
Belajar
tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon sebagaimana dalam
teori behaviorisme, lebih dari itu belajar dengan teori kognitivisme melibatkan
proses berpikir yang sangat kompleks (Nugroho, 2015: 290).
Beberapa percobaan mengenai teori ini telah dilakukan. simpak penjelasan berikut ini!
Pembuktian/Percobaan
Teori Kognitivisme
Jerome
Bruner : seorang psikolog dan pendidik asal Amerika Serikat dan salah satu
tokoh penting dalam perkembangan teori kognitivisme. Menurut Bruner,
pembelajaran yang efektif melibatkan keterlibatan aktif individu dalam proses
belajar. Salah satu contoh percobaan yang dilakukan oleh Bruner (Mason dan
Johnson-Wilder, 2004: 14) yaitu memilih anak yang berusia 5 tahun, dihadapkan
dengan dua gelas kimia yang sama, masing-masing diisi dengan air dengan level
ketinggian permukaan yang sama. Anak tersebut akan mengatakan bahwa kedua air
yang ada di gelas kimia tersebut sama. Setelah salah satu isi kelas kimia
dituagkan ke dalam gelas lain yang lebih tinggi dan kurus/diameternya lebih
kecil, maka seandainya anak ditanya apakah air yang ada di kedua gelas tersebut
sama, maka anak tersebut akan menyangkalnya dan menunjukkan bahwa salah satu di
antara keduanya lebih banyak karena airnya lebih tinggi. Ketinggian air dalam
gelas kimia yang memiliki diameter lebih kecil akan berbeda dengan ketinggian
air dalam gelas kimia yang lebih lebar atau diameternya lebih besar. Hal
tersebut disebabkan karena peningkatan lebar gelas akan menguranggi
ketinggiannya (Inhelder dan Piaget, 1958: 63). Percobaan ini menunjukkan
pentingnya interaksi dan dialog antara anak dan orang dewasa dalam proses belajar
anak. Bruner percaya bahwa anak-anak belajar melalui proses sosial dan
kognitif, dan bahwa interaksi dengan orang dewasa dapat membantu mempercepat
proses belajar mereka.
Contoh
kedua adalah percobaan yang dilakukan oleh Wolfgang Köhler. Wolfgang Kohler
adalah seorang psikolog Jerman yang dikenal sebagai salah satu pendiri teori
kognitif. Ia terkenal karena penelitiannya tentang pembelajaran dan pemecahan
masalah pada kera. Menurut Kohler, proses kognitif melibatkan pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan berdasarkan pemahaman terhadap hubungan antara objek
dan situasi yang ada di lingkungan. Ia menganggap bahwa pemikiran manusia
terbentuk melalui pengalaman langsung dengan lingkungan. Ia melakukan percobaan
pada awal abad ke-20 yang melibatkan kera. Köhler menempatkan kera di dalam
ruangan yang memiliki buah-buahan yang diinginkan di luar jangkauannya. Kera
kemudian menemukan sebuah tongkat dan kumpulan peti. Kera tsersebut berusaha
meraih buah-buahan dengan menyambung tongkat dan menumpuk peti untuk
mendapatkan buah tersebut. Ini menunjukkan bahwa kera memiliki kemampuan untuk
memecahkan masalah.
Contoh
lainnya meliputi pengukuran kemampuan memori dan kemampuan menyelesaikan
masalah pada burung, lumba-lumba dan mamalia lainnya. Namun demikian, penting
untuk dicatat bahwa kemampuan kognitif hewan tidak selalu sama dengan kemampuan
kognitif manusia, dan perlu diakui bahwa hewan mungkin memiliki cara-cara unik
untuk memproses informasi dan belajar.
Referensi
Anidar, J. (2017). Teori Belajar Menurut Aliran Kognitif
Serta Implikasinya Dalam. Jurnal Al-Taujih: Bingkai Bimbingan dan
Konseling Islami, 3(2), 8-16.
Hamzah, M. A., & Muhlisrarini.
(2014). Perencanaan dan Strategi Pembelaaran Matematika. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Isti'adah, F. N. (2020). TEORI
TEORI BELAJAR DALAM PENDIDIKAN. Jawa Barat: EDU PUBLISHER.
Suratno, J., Utami, N. W., &
Hamid, H. (2016). Konsep Kekekalan Bilangan dan substansi: Percobaan
Pembuktian teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Delta-Pi: Jurnal
Matematika dan Pendidikan Matematika, 4(1).
Suti'ah, H. (2016). TEORI
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN. Sidoarjo: Nizamia Learning Center.
Suzana, Y., & Jayanto, I.
(2021). Teori Belajar & Pembelajaran. Malang: Literasi Nusantara.
0 Response to "Percobaan Teori Kognitivisme"
Posting Komentar